Setelah Baca Ini, Kamu Pasti Setuju Kenapa Radio Terasa Paling Romantis!


Anak 90-an pasti akrab dengan radio. Radio memang pernah sangat digandrungi, baik oleh anak-anak, remaja, maupun orang dewasa. Tapi masih ingat kapan terakhir kali kamu mendengarkan radio?
Belakangan, popularitas radio sedikit meredup, khususnya bagi generasi milenial. Meski pendengarnya fluktuatif, keberadaan radio akan terasa begitu romantis sampai sekarang. Kenapa? Tujuh hal inilah yang bikin radio tak akan lekang oleh waktu!

Sebelum mendengarkan siaran stasiun radio kesayangan, kamu harus rela jungkir-balik memutar atau memencet tombol pencarian, apalagi kalau kamu lupa frekuensinya. Bahkan, kamu harus rela mengulang pencarian mulai dari frekuensi dengan angka terendah hingga tertinggi. Sebelum menemukannya, perasaanmu agak cemas dan kepekaan pendengaranmu meningkat berkali-kali lipat.
Saat menemukan frekuensi stasiun radio yang dicari, ada perasaan lega. Tak jarang kamu berujar, “Nah, ini dia.”, “Nah, ketemu juga.”


Saking seringnya mendengarkan siaran di stasiun tertentu, kamu pun jadi hapal di luar kepala theme song radio itu. Theme song berperan sebagai pembuka dan penutup program, bahkan diperdengarkan di sela iklan. Tak khayal theme song itu bakal memenuhi otakmu. Secar tak sadar, kamu bakal menyanyikannya di setiap kesempatan, baik di waktu senggang maupun di waktu sibuk.


Kamu rela menunggu lama sebelum program kesayangmu mengudara. Kamu pun rela mendengarkan program yang tak kamu suka, yang disiarkan sebelum program kesayangan tersebut mulai, agar tak kelewatan.
Soalnya, mencari frekuensi radio tak semudah mencari frekuensi stasiun televisi. Kamu bakal cuek dengan program yang mengudara sebelumnya, tapi mendadak pasang telinga baik-baik setelah penyiar radio, yang kamu kenal betul suaranya, menyapa pendengarnya.


Pernah mengirim pesan ke orang yang kamu suka lewat radio dengan nama samaran? Ya, masa mudamu terselamatkan. Tak bisa ditampik, rasa deg-degan dan was-was saat menunggu pesanmu dibacakan oleh penyiar menimbulkan sensasi tersendiri. Kamu bakal cemas saat salammu belum mengudara.
Namun, begitu dibacakan oleh penyiar di seberang sana, ada efek kejut bercampur lega yang kamu rasakan. Kamu pun senyum-senyum sendiri saat si penyiar menyebut nama samaranmu. Besoknya, salam itu bakal menjadi santapan renyah di sekolah bagi sahabat-sahabat yang sudah hafal betul dengan gelagatmu.

Kamu pasti rajin mengirim permintaan lagu kepada penyiar. Saking banyaknya pendengar yang mengirim permintaan lagu, tak aneh bila permintaanmu tak dipenuhi. Sebab, penyiar harus memilih serta memilah lagu-lagu yang akan diputar agar pendengar tak bosan.
Namun, ketika permintaanmu dipenuhi dan lagu permintaanmu diputar, ada desiran nikmat mengalir di dalam tubuhmu. Kamu akan dengan bangga berkata dalam hati, “Lagu ini aku yang request.”


Kamu sedang mendengarkan radio. Secara tak sengaja, terdengar sebuah lagu mengalun, yang ternyata kamu hapal betul warna melodinya. Ah, ternyata itu lagu kesukaanmu. Tak ragu, tombol volume pun diputar hingga suaranya megencang. Tak bisa ditampik, lagu kesukaanmu yang mengudara di radio terdengar berkali-kali lipat lebih indah daripada yang kamu dengar lewat music player-mu.

Memiliki suara indah, autentik, dan unik memang mutlak dimiliki seorang penyiar. Tak jarang, pendengarnya merasa jatuh cinta hanya dengan mendengar banyolan atau nada tertawanya. Diam-diam, kamu pun mengaguminya. Kerap mendengar suara penyiar adalah salah satu alasanmu mendengarkan siaran radio. Kamu pun diam-diam hapal degan jadwal siaran si penyiar kesukaanmu.
Dari banyak media, radiolah yang menorehkan romansa manis bagimu. Sebab, kita dapat mengasah intuisi kepekaan audial. Bahkan dengan memejamkan mata, kita dapat merasakan nikmatnya mendengarkan radio. Setuju?